Jumat, 04 Mei 2012

Mengenal Komunitas Punk ( Jerink SID )

PENGERTIAN KAUM PUNK SEBENARNYA

Punk merupakan sub-budaya yang lahir di London, Inggris. Pada awalnya, kelompok punk selalu dikacaukan oleh golongan skinhead. Namun, sejak tahun 1980-an, saat punk merajalela di Amerika, golongan punk dan skinhead seolah-olah menyatu, karena mempunyai semangat yang sama. Namun, Punk juga dapat berarti jenis musik atau genre yang lahir di awal tahun 1970-an. Punk juga bisa berarti ideologi hidup yang mencakup aspek sosial dan politik.

Gearakan anak muda yang di awali oleh anak-anak sekelas pekerja ini segera merebah.Amerika yang mengalami masalah ekonomi dan keuangan yang di picu oleh kemerosotan moral oleh para politik yang memicu tingkat pengangguran dan kriminalitas yang tinggi,karena itu Punk berusaha menyindir dengan caranya sendiri,yang melalui lagu-lagu mereka sendi atau gaya dandananya mereka sendiri,tetapi lirik lagunya yang sederhana dan bahkan ada yang kasar,beat yang cepat dan menggertak.

Banyak yang menyalahartikan punk sebagai glue sniffer dan perusuh,karena pernah terjadi wabah lem yang berbau tajam untuk mengganti bir yang tak terbeli oleh mereka.Banyak pula yang merusak citra punk karena dari mereka banyak yang berkeliaran di jalanan dan melakukan berbagai tindak kriminal.

Punk lebih terkenal dari hal fashion yang dikenakan dan tingkah laku yang mereka perlihatkan, seperti potongan rambut mohawk ala suku indian, atau dipotong ala feathercut dan diwarnai dengan warna-warna yang terang, sepatu boots, rantai dan spike, jaket kulit, celana jeans ketat dan baju yang lusuh, anti kemapanan, anti sosial, kaum perusuh dan kriminal dari kelas rendah, pemabuk berbahaya sehingga banyak yang mengira bahwa orang yang berpenampilan seperti itu sudah layak untuk disebut sebagai punker.

Punk juga sebuah gerakan  perlawanan bagi anak muda yang berlandaskan dari keyakinan we can do it ourselves,penilaian punk dalam melihat suatu masalah dapat dilihat dari lirik-lirik lagunya yang bercerita tentang masalah politik,lingkungan hidup,ekonomi,dan bahkan masalah agama.

Gaya Hidup Punk

Dengan definisi diatas, punk dapat dikategorikan sebagai bagian dari dunia kesenian. Gaya hidup dan pola pikir para pendahulu punk mirip dengan para pendahulu gerakan seni avant-garde, yaitu dandanan nyleneh, mengaburkan batas antara idealisme seni dan kenyataan hidup, memprovokasi audiens secara terang-terangan, menggunakan para penampil (performer) berkualitas rendah dan mereorganisasi (atau mendisorganisasi) secara drastis kemapanan gaya hidup. Para penganut awal kedua aliran tersebut juga meyakini satu hal, bahwa hebohnya penampilan (appearances) harus disertai dengan hebohnya pemikiran (ideas).

Akibat musik punk di cap sebagai musik rock n’ roll aliran kiri,sehingga sering tidak memiliki kesempatan untuk tampil di acara televisi.Perusahaan-perusahaan pun enggan mengorbitkan mereka.

Punk di Indonesia

Berbekal etika DIY, beberapa komunitas punk di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan,mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shit,aksesories,buku dan majalah,poster serta jasa tindik (piercing) dan tatoo.Seluruh produk di jual dengan harga yang sangat terjangkau.

Bersama Outsiders Solo, trio punk rocker asal Bali memunguti sampah plastik
Oleh : Soleh Solihun (Rolling Stone Indonesia

“Ini kota Solo, bukan kota sampah,” kata gitaris/vokalis Bobby Kool, Jumat sore, 23 Oktober 2009, di depan Stadion Manahan, Solo. Malam harinya, mereka dijadwalkan manggung di Stadion Sriwedari, dalam konser Get Rock! bersama The S.I.G.I.T. Tapi, setelah soundcheck, Outsiders—sebutan untuk para penggemar SID—menghubungi mereka untuk melakukan aksi pemungutan sampah plastik.

Ini inisiatif Outsiders. Mereka yang mengontak kami. Tadinya mau menanam pohon, tapi karena waktunya mepet, ya jadinya ini aja, ngebersihin sampah,” kata Lia Pasaribu, manajer SID. Puluhan Outsiders berkumpul di depan pusat jajanan yang ada di salah satu sudut Stadion Manahan, sebagian dari mereka membawa sepeda low rider—jenis sepeda yang juga sering dipakai oleh para personel SID dan dibawa ke panggung.


ber bau sepeda liat itu bukan tanduk tapi stang sepeda bro


“Mereka ngadaptasi aksi kami di Bali. Waktu itu kan pernah mungutin sampah di pantai, karena di sini nggak ada pantai, jadi ya mungutin sampah di jalan aja,” kata drummer Jerinx.

Dari pusat jajanan, SID dan Outsiders menyusuri beberapa ratus meter sepanjang Jalan Adisucipto yang ada di depan Stadion Manahan. Beberapa keranjang sampah dari bambu, disediakan untuk menampung sampah-sampah plastik yang mereka temui. Tak sedikit di antara remaja yang berjalan kaki mengikuti rombongan itu, sibuk mengambil gambar dengan kamera digital maupun kamera telepon genggam. Tapi, setiap permintaan foto bareng, selalu tak dikabulkan. “Pungutin sampahnya aja dulu ya, nanti fotonya setelah beres,” kata bassis Eka Rock, kepada beberapa orang yang berkali-kali meminta foto.

Setelah kira-kira berjalan beberapa ratus meter, mereka berkumpul di depan salah satu pintu masuk stadion. Waktu menjelang malam, SID harus segera bersiap-siap tampil. Outsiders Solo dikumpulkan, duduk bersila di depan Jerinx, Bobby dan Eka.

“Yang kita lakukan sekarang, memang belum bisa langsung membawa perubahan pada Solo. Tapi, kalian jangan selalu bergantung pada pemerintah. Mulailah dari diri sendiri. Kalau kalian merokok, dan nggak ada tempat sampah, puntung rokoknya simpan dulu di kantong, sampai kalian nemu tempat sampah,” kata Jerinx, sambil menunjukkan beberapa puntung rokok dari dalam saku celananya, “sampaikan juga pada teman kalian, supaya jangan membuang sampah sembarangan. Kalau kalian belanja, dan nggak perlu pake plastik, jangan minta kantong plastik. Kalau beres nge-charge handphone, cabut chargernya supaya menghemat listrik.”

Para Outsiders yang dari wajahnya terlihat sebagian besar masih berusia remaja—kira-kira SMP dan SMA, sebagian malah masih memakai seragam Pramuka—manggut-manggut mendengar ucapan Superman Is Dead. Selama kira-kira lima belas menit, mereka mendengar pesan-pesan soal pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Kegiatan sore itu, ditutup dengan sesi foto bersama.

 sumber : http: http://www.supermanisdead.net
mereka juga ber B2W
http://dickiezmahardikastevanovic.wordpress.com/2010/08/05/devildice-interview-w
ith-jerinx/

POTO MEREKA NARSIS DEGAN SEPEDA KESAYANGANNYA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar